ini adalah tulisan yang sudah pernah saya Publish tahun 2013 lalu.
Muhammadiyah, siapa yang tidak tahu dan kenal? organisasi massa Indonesia, yang dikatakan terbesar kedua setelah NU. Organisasi massa Islam yang lahir pada masa penjajahan Belanda, yang bertahan sampai sekarang , bahkan telah melampaui usia satu abad. Pun organisasi terbukti mempunyai amal usaha terbesar di Indonesia, bahkan mungkin di dunia ini belum ada yang sebesar Muhmmadiyah – dalam kuantitas amal usaha.
Dari segi anggota, diklaim Muhammadiyah menempati urutan ke dua setelah Nahdlatul Ulama (NU). Sebuah penilaian yang belum memiliki standar baku bagaimana cara untuk mengukur jumlah tersebut. Mantan Ketua PP Muhammadiyah, Amien Rais pernah menyampaikan dengan sedikit canda “Jumlah warga Muhammadiyah itu sejumlah warga NU dikurangi 10 juta”. Nampaknya Amien Rais tidak mau kualat kepada para kiyai NU dengan mengatakan warga muhammadiyah tidak sebanyak warga NU. Lalu, berapa jumlah sebenarnya? Wallahu ‘alam.
Tak ayal dengan jumlah warga yang begitu besar Muhammadiyah dan NU selalu diincar banyak partai politik menjelang pesta demokrasi. Terbukti, Pilpres 2009 lalu Muhammadiyah dan NU sepakat mendukung salah satu pasangan calon, meskipun pada akhirnya tetap saja tidak memperoleh kemenangan.
Mungkin memang, tempat paling tepat Muhammadiyah bukanlah di ranah politik praktis. Cukup kadernya, jangan sampai mengatasnamakan Muhammadiyah sebagai kendaraan dalam sebuah pesta demokrasi, di level manapun. Kita harus fokus pada pengembangan amal usaha, termasuk di dalamnya usaha penyadaran kader Muhammadiyah terhadap pentingnya pengelolaan amal usaha Muhammadiyah oleh kader Muhammadiyah, bukan mereka yang sama sekali tidak mengenal Muhammadiyah.
Ingat, amal usaha Muhammadiyah terus berkembang dari hari ke hari. Baik dari sektor kesehatan, pendidikan, sosial dan banyak yang lain. Hal tersebut juga yang nampaknya menjadi magnet spontan yang menarik banyak kalangan untuk turut hadir di Muhammadiyah. Entah itu benar-benar untuk mengabdikan diri bersama Muhammadiyah atau sekedar mencari hidup di Muhammadiyah.
Ada fenomena penting yang saat ini terjadi. Banyak orang yang beramai-ramai berhijrah ke Muhammadiyah. Membuat kartu anggota Muhammadiyah bukan lagi sebagai kesadaran untuk berkontribusi, melainkan hanya sebagai syarat, batu loncatan untuk dapat diterima di lingkungan Muhammadiyah. Misalnya, beasiswa perguruan tinggi Muhammadiyah, lowongan karyawan AUM, dan lain sebagainya. Imbasnya, Muhammadiyah, tak lagi berisi kader-kader Muhammadiyah, melainkan banyak orang yang “asing”, yang berpotensi membahayakan keberlangsungan Muhammadiyah di masa depan, sekalipun tidak semuanya.
Beberapa uraian di atas menunjukkan bahwa Muhammadiyah masih cukup seksi untuk diminati banyak kalangan. Fenomena Mendadak Muhammadiyahpun patut menjadi suatu keadaan yang perlu kita cermati. Jika dibiarkan berlarut tanpa ada filtrasi yang baik, bisa dipastikan Muhammadiyah akan keropos di masa depan, karena banyaknya orang yang bergabung tanpa pernah mau tau, mau memahami, seperti apa itu Muhammadiyah.
Ingat, “Aku titipkan Muhammadiyah kepadamu, hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari penghidupan di Muhammadiyah” – KH. Ahmad Dahlan
Penulis : Wahyu Imam Santoso | Sekretaris Umum IPM Jawa Tengah
@wahyu_imam
Komentar
Posting Komentar