Teman-teman,
berikut ini adalah contoh laporan kunjungan ke Industri Jasa Boga yang
pernah saya buat bersama tim sewaktu kuliah S1 di Teknologi Pangan
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Bahasanya sangat
formal dan terkesan kaku. Silahkan buat teman-teman yang ingin mencari
referensi untuk tugas kuliah. Tetapi ini bukan acuan utama, saya
berharap teman-teman tetap mengolah dari hasil sendiri.
Pengadaan makanan khususnya makanan pokok sejak dahulu merupakan sesuatu
yang tidak asing. Sejak keberadaan manusia penyediaan makanan pokok telah ada. Namun dengan perkembangan tingkat kesibukan manusia terutama
di era modern sejak industrialiasasi,
penyediaan makanan menjadi suatu permasalahan tersendiri.
Didorong pertimbanga nefisiensi, telah memuncul kanusaha penyediaan makanan pokok
oleh
orang lain yang hobi memasak secara pesanan yang terkenal dengan usaha
rantangan. Sementara itu dalam skala lebih besar untuk penyediaan
makanan sektor industri padat karya membutuhkan usaha jasa boga
yang semakin besar
pula. Untu ktidak mengacaukan batasan dengan penyediaan makanan lainnya
seperti rumah makan dan restoran maka dalam penulisan jasa boga ini
dibatasi menurut definisi Departemen Kesehatan.
Menurut definisi Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
715/Menkes/SK/V/2003 jasa boga atau catering adalah perusahaan atau perorangan
yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di
luar tempat usaha atas dasa rpesanan.
Menurut sumber Departemen Perindustrian dan Perdagangan usaha jasa boga adalah meliputi usaha penjualan makanan jadi
(siap dikonsumsi) yang terselenggara melalui pesanan-pesanan untuk perayaan, pesta,
seminar, rapat, pake tperjalanan haji,
angkutan umum dan sejenisnya. Biasanya makanan jadi yang dipesan diantar ketempat pesta,
seminar, rapat dan sejenisnya berikut pramusaji yang akan melayani tamu-tamu/peserta
seminar atau rapat pada saat pesta/seminar berlangsung.
Menurut sumber Departemen Kesehatan RI
sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 715/Menkes/SK/V/2003
industri jasa boga dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)
golongan utama yaitu golongan A atau biasa disebut juga dengan industri jasa boga skala kecil,
golongan B (industri jasa boga skala besar) dan golongan C
(industri jasa boga skala besar sekaliatau yang
dikenal dengan industri jasa boga yang melayani angkutan udara (penerbangan).
Industri jasa boga kecil (golongan A) adalah industri jasa boga yang
melayani kebutuhan masyarakat umum (pesta) pernikahan, ulang tahun dan
hajatan lainnya dengan skala relatif kecil. Jasa boga golongan A
dibedakan menjadi golongan
A1, A2 dan A3 yang masing-masing dibedakan atas ukuran kemampuan
menyediakan makanan
(porsi), bangunan dapurnya serta penggunaan tenaga kerja dari luar
keluarga.
Industri jasa boga golongan B (skala besar) adalah jasa boga yang
melayani kebutuhan khusus seperti jasa boga haji, perusahaan,
pertambangan,
pengeboran minyak, rumah sakit dan lain-lain. Golongan B ini bisa
disebut juga dengan
corporate catering. Industri jasa boga golongan C adalah jasa boga
berskala sangat besar
yang melayani kebutuhan alat angkuta numum internasional dan pesawat
udara.
Selain penggolongan atau klasifikasi yang
umum dilaksanakan sesuai dengan SK Menteri Kesehatan ini,
khusus untuk indus trijasa boga di DKI Jakarta
juga diberlakukan klasifikasi oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DKI Jakarta.
Melalui Panitia Bersama Sertifikasi Propinsi (PBSP) DKI Jakarta
industri jasa boga dibedakan menjadi 4 jenis yaitu klasifikasi Besar (B), Menengah
(M), Kecil 1 (K1) dan Kecil 2 (K2). Menurut sumber APJI klasifikasi oleh PBSP
tersebut berdasarkan kemampuan keuangan dan permodalan dari perusahaan jasa boga. (http://binaukm.com/2010/04/gambaran-umum-mengenai-industri-jasa-boga-dalam-usaha-catering/)
B.
Tujuan Kunjungan
Kunjungan
ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Industri Jasa Boga.
Kunjungan dilakukan untuk menambah ilmu pegetahuan mengenai
penyelenggaraan industri jasa boga. Kunjungan industri
jasa boga ini dilakukan secara langsung untuk mengetahui bagaimana
proses produksi catering tersebut.
C.
Metode
:
1. Tempat Kunjungan
(Joglo Catering)
Jl. Fatmawati No. 96 Tegal Kangkung, Kedungmundu – Semarang
2. Waktu Pelaksanaan
Kamis, 27 Desember 2012
Pukul 06.30 –Selesai
3. Metode Pegumpulan
Data
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan
data dengan cara datang langsung meliha tempat dan proses produksi pada catering
tersebut.
b. Wawancara
Wawan cara adalah metode pengumpulan
data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada narasumber yang ada di
catering tersebut.
A. Sejarah Cetering Joglo
Joglo Catering ini berdiri sejak 10 tahun
yang lalu, awal mulanya berdiri usaha ini diberinama CV. Jaya Mandiri selama 6
tahun. Joglo Catering merupakan usaha catering komersial yang
melayani pesana nuntuk event tertentu, danjuga catering makan malam untuk
“Asrama Rusunawa”. Joglo Catering termasuk golongan A2, karena jumlah produksinya>500
porsi / hari.
B.
Proses
pengolahan makanan
Proses pengolahan
pada catring ini masih cukup sederhana dengan peralatan yang masih cukup
sederhana pula. Juru masak cukup trmpil ini menunjukkan bahwa sumber daya
manusianya cukup memadai.
C.
Distribusi
Dalam proses
distribusi catring ini menggunakan mobil box yang sudah disediakan oleh
perusahaaan catring tersebut.
D. Penerapan
HACCP
Catering
Joglos udah mempunyai perizinan dari Depkes serta menerapkan HACCP dalam pengelolaan cateringnya.Usaha
ini juga sudah mempunyai hak tetap. Meskipun begitu dalam pengolahan makanan masih ada beberapa hal
yang tidak sesuai dengan penerapan HACCP yang
kitatemui. Seperti contoh para karyawan tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap dalam pengolahan makanan. Para
juru masak hanya mengenaka nclemek, tanpa menggunakan penutup kepaladan
masker. Padahal, kontaminasi silang akan mudah terjadi jika hal itu tidak dipeuhi.
A. Landasan pendirian industri jasa boga
Catering Joglo sudah mendapatkan sertifikat kesehatan dari DIN KES : 04 / TD.24 / 33.74 / 1 / 2011
B. Ketenagaan,
Pendidikan danTugas Masing-masing
Dalam
pengelolaannya,
cetering Joglo juga memberdayakan masyarakat sekitar untuk membantu baik
dibidang
marketing, pengolahan maupun transportasi. Cetering Joglo mempunyai 7
orang
karyawan tetap untuk membantu proses produksi, dan distribusi kepada
konsumen.
Sedangkan untu kacara-acara tertentu,
cetering Joglo menambah jasa karyawan tidak tetap untuk memperlancar
usaha tersebut. Secara umum karyawan cetering Joglo berpendidikan
SD sampai SMA dan sederajat. Untuk menambah pengetahuan,
keterampilan dan kedisiplinan karyawan,
cetering Joglo juga memberikan kesempatan para karyawan untuk mengiku
tipelatihan-pelatihan
yang ada didalam maupun diluar yang
tentunya menunjang kinerja para karyawan cetering Joglo.
C. Perencanaan Anggaran Belanja dan Perencanaan
Menu
Dari
segi perencanaan anggaran belanja dalam proses produksi makanan yang dipesan,
cetering joglo hanya memesan bahan atau belanja sesuai dengan kebutuhan yang
dipesan oleh pelanggan. Untuk pemesanan dalam skala besar dikenakan uang muka minimal
satu juta rupiah sebagai uang jadi.
Contoh ketentuan pemesanan :
1.
Pemesanan
Buffet minimal 100 pack, pondok minimal 200 pack.
2. Pemesanan
dibawah ketentuan, total harga pesanan ditambah 15 % tambah tenaga pelayanan 2
orang
3.
Pemesanan
apabila di lantai 2 dikenakan tambahan biaya pelayanan
4.
Pemesanan
luar kota dikenakan biaya tambahan
5.
Tanda
jadi minimal 20 % atau 1.000.000 untuk pemesanan diatas 200 pack
6.
1
minggu sebelum hari H 75 % biaya pesanan sudah dibayarkan
D. Prosedur Pengadaan Bahan Makanan
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dalam pengolahan makanan
yang dipesan para pelanggan, cetering Joglo mendapat pasokan bahan baku dari para
supplier yang siap memasok sesuai kebutuhan cetering Joglo. Untuk bahanyang tidak tahan
lama disimpan seperti buah dan sayur, cetering Joglo mendapatkan pasokan dari supplier
hari itu juga sebelum subuh.
E. Sistem Produksi dan Distribusi Makanan
Untuk
sistem produksinya,
cetring Joglo memproduksi sesuai pesanan yang diminta para pelanggan.
Sedangkan untuk distribusinya,
cetering Joglo menyiapkan mobil box
untuk mengantar pesanan kepada pelanggan. Biaya antar sudah termasuk
dalam biaya pemesanan makanan. Jika pegiriman dan penyajian makanan
berada
di
lantai dasar tidak dikenakan biaya tambahan. Tetapi jika pengiriman dan
penyajian dilakukan dilantai dua dan seterusnya,
maka dikenakan biaya tambahan.
Kesimpulan :
kesimpulan yang
dapat diambil dari kunjungan ini adalah kita dapat mengetahui bagaimana cara mengelola industri jasa boga
yang baik. Dan juga bisa
memberikan gambaran umum tentang usaha jasa boga yang baik, serta kita bisa
mengetahui tentang penataan tempat
yang sesuai dengan fungsinya,
kebersihan, serta hyginitas, sanitasi ditempat tersebut. Pelayanan kepada
konsumen ramah dan cukup menarik hal ini dibuktikan dengan adanya kesan yang
baik ketika ada mahasiswa yang berkunjung.
Saran :
Menurut kami catering ini cukup baik, karena catering ini memberikan pelayanan
terhadap konsumen dengan sebaik mungkin dan memuaskan pelanggan. Namun disisi
lain catering ini perlu adanya
peningkatan yang lebih baik terhadap hygienitas,sanitasi
serta penataan ruang.demi terwujudnya usaha jasa boga yang baik dan terpercaya.
Terima kasih infonya, sangat membantu kami dalam mengelola usaha catering yang kami miliki.
BalasHapus