Beberapa bulan terakhir ini kita
disuguhi berita dengan berbagai versi atas kematian seseorang yang diduga
akibat meminum kopi bercampur Sianida yang terjadi di salah satu kafe ternama. Sudah
pasti kawan pembaca mengetahui kasus itu karena hampir setiap hari diberitakan
di media massa seperti Televisi, Koran, maupun media online lainya. Bahkan sempat
menjadi isu yang hangat dibincangkan didunia maya melalui media sosial online. Saya
tidak perlu menjelaskan kronologis kejadian tersebut karena takut akan menjadi
sebuah opini dan bermakna ganda, juga tidak akan menganalisis mengenai penyebab
pasti dari kematian karena saya bukan pakar dibidangnya. Apalagi dengan adanya
saksi ahli beberapa waktu lalu menjelaskan secara rinci yang meragukan penyebab
kematian adalah akibat Sianida. Terlebih mengkaji secara
hukum yang pastinya membutuhkan penalaran tinggi dan perdebatan yang cukup “njelimet”.
Saya sebagai masyarakat umum yang
mengamati sidang yang berlangsung, beberapa kali memang merasa gemes dan
jengkel. Saya menganggap media massa terlalu membesar-besarkan persoalan
tersebut, sehingga seperti tidak ada berita lain yang menarik untuk dibahas
selain berita tersebut. Banyak spekulasi muncul dan pikiran-pikiran negatif
terhadap beberapa pihak yang bersangkutan dalam pemberitaan kasus tersebut. Saya
sempat terbawa pikiran “jangan-jangan ini hanya pengalihan isu saja”. Karena
media juga tidak menjelaskan secara detail mengenai siapa sebenarnya korban dan
terduga pelaku dan pihak lain yang terkait. “mereka itu siapa sih kok kayaknya
fenomenal banget sampai kasusnya tidak selesai-selesai” gumam dalam hati saya. Dan
mungkin bukan hanya saya yang merasakan hal tersebut. Maka dari itu saya merasa
perlu untuk membuat tulisan sederhana ini untuk meluruskan pemikiran saya
tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan kasus ini dan sidang yang
berlarut-larut ini.
Dengan tulisan ini saya hanya ingin
menggambarkan sedikit tentang hal yang menurut saya penting untuk sebuah
kebenaran. Kebenaran yang kekal, absolut, hakiki menurut saya hanyalah
kebenaran yang didasari keyakinan yang kuat. Suatu kebenaran yang tidak bisa
dibantah oleh pihak lain karena bersumber pada hati dan keyakinan. Sedangkan kebenaran
yang berdasarkan akal manusia adalah tidak utuh atau bersifat sementara. Saya mengatakan
bersifat sementara maksudnya sebuah kebenaran akan berubah jika ada pembuktian
kebenaran selanjutnya sehingga kebenaran sebelumnya tidak berlaku lagi. Kebenaran
sementara juga dapat dilatarbelakangi faktor politik, sosial budaya, dan
ekonomi.
Saya ambil contoh, misal kebenaran
bahwa bumi bukan pusat tata surya, Teori Heliosentris
yang mengatakan bahwa Matahari adalah pusat tata surya pada 1543 M telah
mematahkan teori Geosentris yang
mengatakan Bumi adalah pusat tata surya yang sudah ber abad-abad dan dipercaya
oleh penguasa Gereja. Pendapat itu di kuatkan oleh Galileo Galilei 1612 M, Pernyataan
tersebut jelas menentang keputusan Gereja dan dia harus menerima konsekuensi
diusir dan dijatuhi hukuman mati. Dan akhirnya sampai sekarang teori Heliosentris lah yang dipakai. Dari kasus
tersebut kita belajar bahwa untuk membuktikan suatu teori membutuhkan waktu
bertahun-tahun bahkan berabad-abad serta dipengaruhi beberapa faktor. Perdebatan,
pertentangan serta konsekuensi pahit kerap kali menjadi bagian tak terpisahkan.
Contoh lebih sederhana adalah jumlah
planet di tata surya. Jaman saya SD diceritakan oleh guru dan buku pelajaran
bahwa jumlah planet di tata surya kita ada 9 planet. Sedangkan sekarang dari
hasil kajian dan penelitian para astronom menyatakan jumlah planet di tata
surya ada 13 planet. Pengetahuan tersebut bisa saja berubah ditahun-tahun
mendatang jika ditemukan fakta dan pembuktian yang baru.
Dari situ saya belajar bahwa untuk
menentukan sebuah fakta diperlukan waktu yang panjang, kajian yang mendalam dan
penelitian yang intensif. Maka dari itu dua contoh yang saya sampaikan diatas saya
harapkan dapat membuat kita semakin bijak menaggapi kasus kopi ber Sianida
yang diduga menyebabkan kematian
tersebut. Boleh jadi ini adalah sedikit dari proses pencarian fakta apakah Sianida
memang menjadi penyebab kematian atau mungkin karena faktor lain. Untuk menentukan
fakta tersebut pastinya tidak dengan waktu singkat dan juga membutuhkan kajian
dan penelitian yang mendalam. Jadi menurut saya ini adalah proses yang menarik
untuk mengukur penalaran kita dan menjadikan ini sebagai tambahan ilmu dengan
pendekatan filosofi.
Penulis : Wahyu Imam Santoso
Komentar
Posting Komentar