CARA MENDAPATKAN 1000 SUBSCRIBER DAN 4000 JAM TAYANG BUAT PEMULA

Kopi, Sianida, dan Fakta


Beberapa bulan terakhir ini kita disuguhi berita dengan berbagai versi atas kematian seseorang yang diduga akibat meminum kopi bercampur Sianida  yang terjadi di salah satu kafe ternama. Sudah pasti kawan pembaca mengetahui kasus itu karena hampir setiap hari diberitakan di media massa seperti Televisi, Koran, maupun media online lainya. Bahkan sempat menjadi isu yang hangat dibincangkan didunia maya melalui media sosial online. Saya tidak perlu menjelaskan kronologis kejadian tersebut karena takut akan menjadi sebuah opini dan bermakna ganda, juga tidak akan menganalisis mengenai penyebab pasti dari kematian karena saya bukan pakar dibidangnya. Apalagi dengan adanya saksi ahli beberapa waktu lalu menjelaskan secara rinci yang meragukan penyebab kematian adalah akibat Sianida. Terlebih mengkaji secara hukum yang pastinya membutuhkan penalaran tinggi dan perdebatan yang cukup “njelimet”.

Saya sebagai masyarakat umum yang mengamati sidang yang berlangsung, beberapa kali memang merasa gemes dan jengkel. Saya menganggap media massa terlalu membesar-besarkan persoalan tersebut, sehingga seperti tidak ada berita lain yang menarik untuk dibahas selain berita tersebut. Banyak spekulasi muncul dan pikiran-pikiran negatif terhadap beberapa pihak yang bersangkutan dalam pemberitaan kasus tersebut. Saya sempat terbawa pikiran “jangan-jangan ini hanya pengalihan isu saja”. Karena media juga tidak menjelaskan secara detail mengenai siapa sebenarnya korban dan terduga pelaku dan pihak lain yang terkait. “mereka itu siapa sih kok kayaknya fenomenal banget sampai kasusnya tidak selesai-selesai” gumam dalam hati saya. Dan mungkin bukan hanya saya yang merasakan hal tersebut. Maka dari itu saya merasa perlu untuk membuat tulisan sederhana ini untuk meluruskan pemikiran saya tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan kasus ini dan sidang yang berlarut-larut ini.

Dengan tulisan ini saya hanya ingin menggambarkan sedikit tentang hal yang menurut saya penting untuk sebuah kebenaran. Kebenaran yang kekal, absolut, hakiki menurut saya hanyalah kebenaran yang didasari keyakinan yang kuat. Suatu kebenaran yang tidak bisa dibantah oleh pihak lain karena bersumber pada hati dan keyakinan. Sedangkan kebenaran yang berdasarkan akal manusia adalah tidak utuh atau bersifat sementara. Saya mengatakan bersifat sementara maksudnya sebuah kebenaran akan berubah jika ada pembuktian kebenaran selanjutnya sehingga kebenaran sebelumnya tidak berlaku lagi. Kebenaran sementara juga dapat dilatarbelakangi faktor politik, sosial budaya, dan ekonomi.

Saya ambil contoh, misal kebenaran bahwa bumi bukan pusat tata surya, Teori Heliosentris yang mengatakan bahwa Matahari adalah pusat tata surya pada 1543 M telah mematahkan teori Geosentris yang mengatakan Bumi adalah pusat tata surya yang sudah ber abad-abad dan dipercaya oleh penguasa Gereja. Pendapat itu di kuatkan oleh Galileo Galilei 1612 M, Pernyataan tersebut jelas menentang keputusan Gereja dan dia harus menerima konsekuensi diusir dan dijatuhi hukuman mati. Dan akhirnya sampai sekarang teori Heliosentris lah yang dipakai. Dari kasus tersebut kita belajar bahwa untuk membuktikan suatu teori membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan berabad-abad serta dipengaruhi beberapa faktor. Perdebatan, pertentangan serta konsekuensi pahit kerap kali menjadi bagian tak terpisahkan.

Contoh lebih sederhana adalah jumlah planet di tata surya. Jaman saya SD diceritakan oleh guru dan buku pelajaran bahwa jumlah planet di tata surya kita ada 9 planet. Sedangkan sekarang dari hasil kajian dan penelitian para astronom menyatakan jumlah planet di tata surya ada 13 planet. Pengetahuan tersebut bisa saja berubah ditahun-tahun mendatang jika ditemukan fakta dan pembuktian yang baru.

Dari situ saya belajar bahwa untuk menentukan sebuah fakta diperlukan waktu yang panjang, kajian yang mendalam dan penelitian yang intensif. Maka dari itu dua contoh yang saya sampaikan diatas saya harapkan dapat membuat kita semakin bijak menaggapi kasus kopi ber Sianida  yang diduga menyebabkan kematian tersebut. Boleh jadi ini adalah sedikit dari proses pencarian fakta apakah Sianida memang menjadi penyebab kematian atau mungkin karena faktor lain. Untuk menentukan fakta tersebut pastinya tidak dengan waktu singkat dan juga membutuhkan kajian dan penelitian yang mendalam. Jadi menurut saya ini adalah proses yang menarik untuk mengukur penalaran kita dan menjadikan ini sebagai tambahan ilmu dengan pendekatan filosofi.

Penulis : Wahyu Imam Santoso


Komentar