Masya Allah, semakin Maju Penelitian Ilmiyah Semakin Membuktikan Kebenaran Islam
Jelang
Hari Raya Idul Adha atau hari raya kurban, jangan pernah makan daging
sapi tanpa disembelih, ternyata syariat Islam ini membuat orang barat
terkejut. Simak penelitian ini.
1. Rasulullah tak pernah belajar cardiology tapi syari'atnya membuktikan penelitian ilmu modern.
2.
Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan
dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu:
Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim
penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih
baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang
murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat
(dengan pemingsanan)?
3.
Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok
sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi
itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph
(EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik
(panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat
rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga
dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat
darah keluar karena disembelih.
4.
Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun
ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah
masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan
Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan
menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.
5.
Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau
yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni:
saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu:
arteri karotis dan vena jugularis.
6.
Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau
teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau
bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum
disembelih.
7.
Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat
untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum
pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati.
Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!
8.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz
dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa
hal sbb.:
Penyembelihan Menurut Syariat Islam
Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:
Pertama
Pada
3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada
leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada
grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah
disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
Kedua
Pada
3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik
secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur
nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada
saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat
aktivitasnya.
Ketiga
Setelah
6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar
biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh
anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan
koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada
saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher
tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero
level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu
bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
Keempat
Karena
darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal,
maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi
bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat
sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang
menghasilkan Healthy Food.
Penyembelihan Cara Barat
Pertama
Segera
setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh
dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi,
sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan
mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami)
rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak
sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).
Kedua
Segera
setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata
pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang
diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).
Ketiga
Grafik
EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke
batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa
sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal.
Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari
seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari
tubuh.
Keempat
Karena
darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal,
maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga
dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan
demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan
dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku
(yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau
media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang
merupakan agen utama merusak kualitas daging.
Bukan Ekspresi Rasa Sakit!
Meronta-ronta
dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah
ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya!
Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap
darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai
rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan
luka terbuka yang menganga lebar…!
Hasil
penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang
sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat
Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf
rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa
sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa
sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja
(yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian?
Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG
tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.
Subhanallah…
Memang selalu ada jawaban dari setiap pertanyaan tentang kebenaran
Islam. Selalu ada penguatan Allah dari setiap adanya usaha pelemahan
dari musuh Dien-Nya yang mulia ini.
Sebenarnya,
sudah tidak ada alasan lagi menyimpan rasa tak tega melihat proses
penyembelihan kurban, karena aku sudah tahu bahwa hewan ternak tersebut
tidak merasakan sakit ketika disembelih. Dan yang paling penting, aku
dapat mengerti hikmah dari salah satu Syariah Islam dan keberkahan yang
tersimpan di dalamnya.
PENULIS:
Ustadz. Muhammad Suhud.
iya sob sembelih sapi ini lebih menyehatkan....
BalasHapus