Assalamualaikum kawan-kawan
yang hebat,
Menurut kawan-kawan apakah
yang wajib belajar agama itu hanya anak-anak, siswa/pelajar, mahasiswa, santri
dan semacamnya saja?
Bagaimana dengan orang
dewasa yang sudah bekerja, karyawan kantor, dosen, guru, pejabat, bahwkan orang
tua kita sendiri? Apakah ada bedanya untuk urusan belajar agama?
Hemmmmm pasti semua sepakat
kalau belajar agama itu untuk siapa saja kan?
Kali ini saya ingin bagi
cerita nih,
Suatu hari disebuah mushola
kecil sederhana nan penuh kesejukan dan baru saja selesai dibangun disebuah
perguruan tinggi swasta, ada mahasiswa bernama Imron sedang duduk-duduk
menunggu waktu duhur tiba sambil berbincang dengan seseorang. Bang Alfi
namanya, beliau adalah petugas kebersihan. Banyak yang mereka bincangkan, mulai
dari hujan semalam sampai menunggu kapan musola sederhana ini dipasang pengeras
suara. Wah wah, ternyata musolanya belum ada pengeras suaranya. Maklumlah kan
baru saja selesai dibangun.
Si Imron bukan
pertamakalinya solat dimushola itu, sudah sering dan bahkan beberapakali
diminta jadi imam.
Yang jadi pertanyaan si
Imron selama jama’ah di mushola adalah “kok belum banyak dosen dan karyawan
yang mau jama’ah di Mushola itu ya? Kenapa malah lebih memilih solat diruangan
masing-masih? Bukankah dengan dibangunya mushola ini tujuanya agar semua bisa
berjama’ah memakmurkan mushola ini? Bukankah semboyan perguruan tinggi ini
adalah “menuju kampus islami”?. Hemmm si Imron malah makin bingung nih. Yang penting
jangan su’udzon aja ya ! :D
Ditengah perbincangan si
Imron dan bang Alfi tadi ada seorang petetugas kebersihan lainya yang
menghampiri dan menyalami meraka. Bang Tomi namanya, beliau petugas kebersihan
bagian luar dan pertanaman. Masih dengan baju yang kotor sambil meminum segelas
“es teh” si abang itu menghampiri.
Terjadilah percakapan singkat mereka.
Imron : kang, ayo cepetan ganti baju buat jama’ah
Bang alfi nambah,
Alfi : iya nda, cepetan ganti
Lalu bang Tomi menjawab
Tomi : hehe, ya kalian dulu aja. Saya nanti kalo kerjaan sudah selesai
Alfi : halah, biasanya juga malah nggak solat kok
Sahut bang alfi
Tomi : iya, saya jarang solat kok. Tak akui klo saya jarang solat, saya
jujur kok
Sambil lalu bang Tomi
berucap
(????@#@@#????) si Imron
bingung sambil geleng-geleng.
Waduhhh, makin aneh saja
ini. Ternyata semboyan “menuju kampus islami” belum bisa diterapkan sepenuhnya.
dari contoh itu saja sudah sedikit menggambarkan betapa pentingnya pembinaan
keagamaan bagi para karyawan, dosen, dan mungkin juga kepada para pimpinan
perguruan tinggi ini, upsssss maaf kelepasan :I
Lalu apa yang harus Imron
lakukan selanjutnya? Ikuti kisah Imron selanjutnya! :D
wassalamualaikum
*cerita ini hanyalah fiktif
belaka dan bertujuan menghibur, jika ada kesamaan nama, karakter, tempat, dan
yang lainya mohon dimaafkan.
@wahyu_imam
maksud anda apa????
BalasHapustanyakan pada diri sendiri,- :)
BalasHapus